Memprihatinkan, Ayah dan Anaknya Hidup di Gubuk Bersama Kambing | Baca Okee

Memprihatinkan, Ayah dan Anaknya Hidup di Gubuk Bersama Kambing

Belum lama ini, dunia maya dihebohkan dengan meninggalnya remaja 13 tahun bernama Miftahul Dwi Khasanah akibat kecelakaan maut di Jalan Batoro Katong. Miris karena Miftahul meninggal saat tengah dilakukan upaya medis.

Jelang kematiannya, ABG cantik itu hanya ditemani sang ayah, Pujo Kastowo (46) dan sang adik. Ibunya, Samini Indrawati (36) tak tampak mendampingi lantaran tengah bekerja sebagai TKI di Malaysia. Dan hingga kini tak pernah pulang.


Cerita sedih keluarga Miftahul Dwi Khasanah rupanya tak sampai di situ saja. Sang ayah dan adik-adiknya kini hidup dalam kondisi memilukan. Pujo Kastowo sehari-hari tinggal di sebuah gubuk beralas tanah. Tepatnya, di belakang Gedung Juang 45, Jalan Batoro Katong, Kertosari, Kecamatan Babadan, Ponorogo.

Di tempat yang terbilang tak layak huni ini, pria yang mengalami gangguan penglihatan itu kini tinggal bersama putra bungsunya yang masih berusia 10 tahun. Sementara istrinya masih bertahan di Malaysia.
Rumah Pujo hanya berupa gubuk 4 meter persegi, beralas tanah. Yang lebih memprihatinkan, mereka tidur dan hidup bersama dua ekor kambing di dalamnya.

Pujo sendiri tak bisa beraktivitas secara normal, bahkan agak kesulitan dalam mencari nafkah bagi keluarganya lantaran kondisi penglihatannya yang terganggu. Gangguan penglihatan ini dialaminya sejak terjadi kecelakaan kerja beberapa tahun silam.

Suatu ketika saat masih bekerja menjadi kuli bangunan, kepalanya tertimpa runtuhan dinding. Selain pendarahan, efek lainnya turut dirasakan. Penglihatannya jadi kabur.
Setelah diperiksa, terungkap bahwa ia mengalami pelemahan saraf mata akibat kepalanya tertimpa bata. Saat itu, Pujo masih tinggal di rumah istrinya, Samini Indrawati, warga Wungu, Kabupaten Madiun. Mereka baru pindah ke Ponorogo sejak almarhumah Mifta beranjak TK sekitar delapan tahun lalu.

Kemudian di Ponorogo, Pujo tinggal bersama istri, Mifta dan putra bungsunya, Jopi Muhammad Zamkas yang kini masih berusia delapan tahun. Di Ponorogo, Pujo tidak memiliki tempat tinggal tetap.
Terkadang dia menumpang tidur di rumah kerabat, terkadang membawa keluarganya tidur di poskamling. Agaknya, kondisi memprihatinkan itu membuat istri Pujo, Samini, membantu perekonomian keluarga dengan menjadi TKW di Malaysia, mulai 2008.

Sayangnya sejak saat itu hingga sekarang, Samini menghilang. " Tidak pernah ada kontak sama sekali dengan keluarga di sini," jelasnya.
Selama berpindah tempat tinggal itu, Pujo mengandalkan pekerjaan mencari rumput untuk pakan ternak, dan memijit. Namun, pekerjaan memijit tidak dilakukan saban hari. Kadang, hanya dilakukan seminggu sekali.

Suatu ketika, Pujo mendapatkan pemberian berupa atap bekas dari salah seorang kerabat. Karena mendapatkan bantuan atap itu, dia pun memutuskan membangun gubuk kecil-kecilan tak jauh dari rumah seorang kerabat di Jalan Batoro Katong.
" Karena mendapat bantuan atap itu saya memutuskan membangun gubuk itu sebagai rumah," terangnya.

Gubuk itu pun menjadi tempat tinggal bagi Pujo dan kedua anaknya. Setiap sore, almarhumah Mifta biasanya membeli dua buah lilin sebagai penerang untuk dia belajar. Sebuah bangku panjang dari bambu digunakan Mifta dan Jopi untuk tidur di malam hari.

Sementara Pujo, tidur beralas tikar kusam di atas tanah. Kini, keseharian itu berubah. Mifta tidak lagi bisa membeli lilin tiap menjelang malam. Pujo hanya berharap, istrinya bisa kembali pulang. " Kalau memang ada kesempatan, ya saya berharap supaya bisa bertemu. Anak juga mengharap ibunya pulang," ujarnya.

0 Response to "Memprihatinkan, Ayah dan Anaknya Hidup di Gubuk Bersama Kambing"

Posting Komentar