Kakek Rahman, Sebagian Hasil Jualannya disedekahkan Untuk Anak Yatim dan Janda..Sungguh Mulianya | Baca Okee

Kakek Rahman, Sebagian Hasil Jualannya disedekahkan Untuk Anak Yatim dan Janda..Sungguh Mulianya

Hari masih terang-terang tanah. Sebagian penduduk Ibukota masih meringkuk di bawah selimut, menghabiskan sisa pagi. Tapi rumah mungil di Menteng Dalam itu sudah berdenyut. Seorang pria renta mulai menata lembaran-lembaran koran.

Tubuhnya memang ringkih. Kurus. Bagian hidung ditutup perban karena penyakit kanker. Meski demikian kakek itu masih trengginas. Lihatlah, tangan keriputnya masih kuat mendekap bundelan kertas.
Seperti hari yang sudah-sudah, di pagi buta itu dia berangkat dari rumah. Di bawah temaram, pria itu terus melaju. Menyusup di antara jejalan rumah. Menembus gelapnya lorong, menerabas gang-gang sempit. Meski pelan, kaki itu terus diayun. Tak mau tertinggal derasnya roda hidup Jakarta.


Langkah itu baru berhenti setelah tiba di pom bensin. Tempat mengisi bahan bakar di seberang pusat perbelanjaan mewah Kota Kasablanka. Di sanalah koran-koran itu digelar. Ditata di atas meja kayu usang yang jamuran. Sebagian disimpan di kardus penyok, tak berbentuk.

Kakek itu adalah Abdul Rahman. Enam tahun sudah dia berdagang koran. Saban hari dia mengais rezeki di tengah deru mesin dan bau bensin yang menusuk hidung. Belum lama menunggu, pelanggan pertama datang.
“ Pak, beli koran,” ujar seorang pria, sembari mengambil satu eksemplar. Pelanggan itu sejenak diam. Komat-kamit, membaca koran di tangan. Setelah itu, mengulurkan uang kepada engkong Rahman.
Dua jam berlalu. Banyak orang sudah mampir ke lapak itu. Tak sedikit pelanggan menyerahkan uang lebih untuk membeli koran-koran Rahman. koran itu sebenarnya dipatok lima ribu. Tapi banyak juga orang yang memberi uang lebih. Sepuluh hingga dua puluh ribu.

Namun, dia tak memakai seluruhnya. Sebagian dia sisihkan untuk disedekahkan. “ Ini untuk anak yatim dan janda,” ujar Rahman.
Mungkin banyak orang merasa aneh mendengar jawaban Rahman. Hidupnya pas-pasan. Sudah usia senja pula. Hasil berjualan koran itu pasti sangat dia butuhkan. Tapi dia masih rela berbagi dengan sesama. Kaum papa.

Tetapi, itulah motivasi Rahman bekerja. Orang lain boleh saja iba dengan kondisinya. Dia juga kerap dilarang berdagang oleh anak-anaknya. Tapi semua dia abaikan. “ Kalau masih kuat, saya usaha,” ujar dia.
Rahman sebenarnya pernah ditawari Dinas Sosial DKI Jakarta untuk tinggal di Panti Sosial Kedoya. Tapi dia menolak karena khawatir tak bisa lagi berjualan koran. Itu artinya, dia tak lagi bisa bersedekah untuk yatim dan para janda.
Semangat itulah yang membuat banyak orang terharu. Beberapa waktu lalu, kisah Rahman menyebar di dunia maya. Menjadi viral. Banyak netizen kagum. Memuji kakek yang inspiratif ini.
***
Rahman bukanlah asli Jakarta. Dia perantau dari Bima. Kota di Nusa Tenggara Barat sana. Dia sampai di Ibukota karena terbawa cita-cita. Saat kecil, dia sangat ingin menjadi tentara. Sehingga memberanikan diri untuk hijrah ke kota paling besar di Nusantara ini.


“ Tadinya saya pingin jadi ABRI, tapi sama ibu saya nggak boleh,” tutur Rahman. Mungkin benar kata orang, restu ibu pangkal usaha. Angan Rahman untuk jadi tentara tak pernah kesampaian.
Gagal masuk ABRI, tak membuat Rahman balik ke rumah. Dia tetap di tanah rantau, mengisi masa remaja dengan bekerja apa saja. Saat awal, dia menjadi penjaga rumah. Menyapu dan ngepel jadi makanan sehari-hari, hingga jadi pemuda. “ Setelah itu saya kerja apa saja, serabutan.”

Kehidupan Rahman semakin berat setelah didiagnosa mengalami kanker di wajah. Penyakit itu muncul akibat tindakan sepele, memecah jerawat di hidung. Ternyata, luka itu menimbulkan infeksi.
Rahman sempat menjalani operasi tiga kali. Tepatnya pada 1987, 1989, dan 1990. Wajahnya menjadi rusak, lantaran dokter memutuskan rahang atasnya harus dipotong. Operasi ini membuat Rahman tidak bisa berbicara secara jelas.
“ Rahang atas dipotong, mata kanan nggak bisa lihat karena kena sinar X sebanyak 32 kali,” kata Rahman

Penyakit itu membuat uang yang sudah dikumpulkan sejak lama menjadi ludes. Dia sempat berusaha meminta sumbangan di sebuah yayasan. Sayangnya hanya berbalas janji. Akhirnya Rahman harus merelakan rumahnya dijual untuk biaya berobat.
Setelah operasi, perekonomian Rahman terpuruk. Dia sempat mengamen di jalanan. Namun apes, dia terjaring razia. Akibatnya, Rahman harus menginap satu bulan di Panti Sosial Kedoya, Jakarta Barat.
***
Di masa senja ini, Rahman selalu menghabiskan hari-harinya di pom bensin itu. Dia selalu membuka lapak saban pukul enam pagi.

Meski sibuk, dia tak lupa beribadah. Saat tengah hari, dia balik ke rumah untuk Sholat Zuhur dan istirahat. Dia akan kembali berdagang saat jarum jam menunjuk pukul satu siang hingga empat sore.
Penghasilannya tak pasti. Namun paling sedikit dia membawa pulang Rp200 ribu. Lumayan memang, karena banyak pembeli yang memberikan uang lebih.

Pendapatan itulah yang dia bagi-bagi dengan yatim dan para janda. Satu anak yatim atau janda dia beri Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu. Jumlah mereka banyak. “ Harta tak dibawa mati, jadi saya beramal saja.”
Kebiasaan beramal ini sudah dia lakukan sejak kecil. Maklum, saat masih di kampung dia mendapat didikan agama yang kuat dari orangtuanya. Sehingga, Rahman tumbuh menjadi sosok yang rajin ibadah.

Sore hari usai berdagang, Rahman mengisi waktu dengan sholat Ashar. Kemudian, dia selalu membaca Alquran sembari menunggu waktu Maghrib. Dia baru tidur setelah menjalankan Sholat Isya.
Saat dini hari, sekitar pukul 01.00 WIB, Rahman selalu menunaikan Sholat Tahajud. Setelah itu, membaca Alquran dan menjajakan koran. “ Tiga hari baca Alquran satu juz, setahun bisa khatam dua kali,” kata Rahman.

Tidak hanya itu, Rahman juga rutin menjalankan puasa sunah Senin Kamis. Bagi dia, ibadah adalah kunci ketentraman dalam menjalani hidup. “ Jangan tinggalkan sholat,” ucap Rahman.
Ketaatan itulah yang membawa Rahman ke Tanah Suci. Seorang dermawan yang kagum memberangkannya umroh. Awal tahun depan, Rahman akan terbang ke Tanah Suci bersama seorang anaknya, yang berprofesi sebagai petugas keamanan. Alhamdulillah.... 
Semoga lembaran-lembaran koran itu semakin banyak yang terjual. Sehingga kakek Rahman bisa menyalurkan sebagian penghasilannya kepada yatim dan para janda.

Laporan: Muhammad Ilman Nafi'an (dream.co.id)

0 Response to "Kakek Rahman, Sebagian Hasil Jualannya disedekahkan Untuk Anak Yatim dan Janda..Sungguh Mulianya"

Posting Komentar